Oleh : Emas Satriati S, S,Pd
”Nak..panggil bunda Felma dengan lembut”. Felma tetap asyik menonton
film kartun kesukaannya tanpa mengindahkan panggilan ibunya.”Nak”..suara
ibu lebih keras memanggil Felma. “Tolong ibu nak., ambilkan segelas air
putih”.Tak disangka, Felma pun tak bergeming dari tempat duduknya dan
mengacuhkan ibunya. Bukan hanya itu, “Kenapa sih manggil-manggil terus,
emangnya ibu nggak bisa ambil sendiri apa! Jawab Felma dengan nada
kesal. Sang Ibu pun terpaksa bangun dari tempat tidurnya dan berusaha
berdiri dengan sekuat tenaga menuju dapur untuk mengambil segelas air
minum guna minum obat karena sedang sakit. Demikian sepenggal kisah
Felma dan Ibunya..
Ayah dan bunda tercinta.., tentu tidak satupun orangtua yang
menginginkan memiliki anak seperti Felma, terlebih Felma yang sudah
duduk di kelas 4 SD, tak sepatutnya bersikap demikian. Felma adalah
gadis kecil yang kurang terbangun rasa empatinya sehingga tidak bisa
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.Tetapi apakah Felma bisa
menjadi sedemikian rupa karena sendirinya?
Rasa empati sangat diperlukan oleh setiap anak untuk kehidupannya di masa yang akan datang. Oleh karena itu sangatlah penting untuk membangun/menumbuhkan empati anak sejak kecil. Empati sendiri tempatnya adalah di hati, sehingga diperlukan pembiasaan agar bisa menjadi karakter yang akan terus dibawa anak hingga tua. Coba bayangkan jika seorang anak tidak memiliki rasa empati sejak kecil maka saat dewasa dan menjadi tua pasti akan menjadi orang yang bermasalah di lingkungannya. Ayah dan bunda tercinta.. hal ini bukanlah hal yang bisa dianggap sepele bukan? Berikut beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkan rasa empati :
Rasa empati sangat diperlukan oleh setiap anak untuk kehidupannya di masa yang akan datang. Oleh karena itu sangatlah penting untuk membangun/menumbuhkan empati anak sejak kecil. Empati sendiri tempatnya adalah di hati, sehingga diperlukan pembiasaan agar bisa menjadi karakter yang akan terus dibawa anak hingga tua. Coba bayangkan jika seorang anak tidak memiliki rasa empati sejak kecil maka saat dewasa dan menjadi tua pasti akan menjadi orang yang bermasalah di lingkungannya. Ayah dan bunda tercinta.. hal ini bukanlah hal yang bisa dianggap sepele bukan? Berikut beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkan rasa empati :
1. Bermain bersama
Pada umumnya anak berusia 2-3 tahun mulai berminat pada permainan simbolik dan khayalan. Kembangkan imajinasi sedemikian rupa saat bermain bersamanya. Misalnya,bermain dokter-dokteran, dengan berpura-pura sakit , biarkan si kecil beraksi dengan bantuannya untuk menyembuhkan pasien.
Pada umumnya anak berusia 2-3 tahun mulai berminat pada permainan simbolik dan khayalan. Kembangkan imajinasi sedemikian rupa saat bermain bersamanya. Misalnya,bermain dokter-dokteran, dengan berpura-pura sakit , biarkan si kecil beraksi dengan bantuannya untuk menyembuhkan pasien.
2. Membantu tugas ringan di rumah
Sikecil, meski baru berumur 2 tahun,bisa kita ajak untuk mulai membantu mengerjakan pekerjaan ringan yang bermanfaat di rumah. Tentu ada trik seperti pujian sebelum meminta bantuan. Bila kita memujinya, dengan senang hati ia akan melakukan apa yang kita minta. Saat anak mau melakukan dan senang untuk menolong maka hatinya mulai tumbuh rasa empati. Sikap mau membantu dengan sukarela berkembang dengan sendirinya sehingga ia terbiasa ringan tangan sedari kecil.
Sikecil, meski baru berumur 2 tahun,bisa kita ajak untuk mulai membantu mengerjakan pekerjaan ringan yang bermanfaat di rumah. Tentu ada trik seperti pujian sebelum meminta bantuan. Bila kita memujinya, dengan senang hati ia akan melakukan apa yang kita minta. Saat anak mau melakukan dan senang untuk menolong maka hatinya mulai tumbuh rasa empati. Sikap mau membantu dengan sukarela berkembang dengan sendirinya sehingga ia terbiasa ringan tangan sedari kecil.
3. Membacakan Cerita
Pada umumnya anak senang mendengarkan dongeng, bahkan kita yang sudah dewasa juga senang mendengarkan cerita bukan?Jadikanlah mendongeng sebagai aktivitas harian yang menyenangkan saat bersama si kecil. Melalui kisah-kisah yang dapat menyentuh hati, memberikan kesempatan kita untuk mengajari si kecil berempati lewat tokoh cerita. Hal ini seperti apa yang terkandung dalam Al Qur’anul Kariim, banyak kisah-kisah yang dapat dijadikan pelajaran bagi manusia agar manusia menjadi insan yang mulia.
Pada umumnya anak senang mendengarkan dongeng, bahkan kita yang sudah dewasa juga senang mendengarkan cerita bukan?Jadikanlah mendongeng sebagai aktivitas harian yang menyenangkan saat bersama si kecil. Melalui kisah-kisah yang dapat menyentuh hati, memberikan kesempatan kita untuk mengajari si kecil berempati lewat tokoh cerita. Hal ini seperti apa yang terkandung dalam Al Qur’anul Kariim, banyak kisah-kisah yang dapat dijadikan pelajaran bagi manusia agar manusia menjadi insan yang mulia.
4. Menjenguk Orang Sakit
Kegiatan menjenguk orang sakit dapat menumbuhkan rasa empati. Saat anak merasa sedih turut prihatin di dalam dadanya melihat kondisi nenek yang sedang terbaring sakit dan membawakan kue agar nenek senang serta mendoakan agar sembuh adalah bentuk rasa empati. Agama Islam juga mengajarkan agar kita menjenguk orang yang sakit, sebagai bentuk pengamalan akhlakul kariimah. Jika sejak kecil sudah ditanamkan rasa empati, kelak, ia pun peka atas penderitaan orang yang sedang sakit.
Kegiatan menjenguk orang sakit dapat menumbuhkan rasa empati. Saat anak merasa sedih turut prihatin di dalam dadanya melihat kondisi nenek yang sedang terbaring sakit dan membawakan kue agar nenek senang serta mendoakan agar sembuh adalah bentuk rasa empati. Agama Islam juga mengajarkan agar kita menjenguk orang yang sakit, sebagai bentuk pengamalan akhlakul kariimah. Jika sejak kecil sudah ditanamkan rasa empati, kelak, ia pun peka atas penderitaan orang yang sedang sakit.
5. Memelihara Hewan atau Tanaman
Ajak anak sejak dini untuk menyayangi mahluk hidup seperti hewan dan tumbuhan. Baik hewan ataupun tumbuhan adalah makhluk yang sama-sama diciptakan oleh Allah. Ajak anak menyayangi hewan peliharaan. Bagaimana anak belajar bertanggung jawab memberi makan dan minum hewan peliharaannya adalah cara untuk belajar mengelola empatinya kelak. Atau jika anak memiliki hobi bercocok tanam. Jika anak mengajak berbicara/berkomunikasi dengan tanaman, memberinya pupuk dan tak lupa rutin menyiraminya, adalah langkah pembelajaran empati yang bisa terus diajarkan
Ajak anak sejak dini untuk menyayangi mahluk hidup seperti hewan dan tumbuhan. Baik hewan ataupun tumbuhan adalah makhluk yang sama-sama diciptakan oleh Allah. Ajak anak menyayangi hewan peliharaan. Bagaimana anak belajar bertanggung jawab memberi makan dan minum hewan peliharaannya adalah cara untuk belajar mengelola empatinya kelak. Atau jika anak memiliki hobi bercocok tanam. Jika anak mengajak berbicara/berkomunikasi dengan tanaman, memberinya pupuk dan tak lupa rutin menyiraminya, adalah langkah pembelajaran empati yang bisa terus diajarkan
6. Membiasakan kata ‘TOMAT’
Membiasakan kata ‘tolong’, ‘maaf’ dan ‘terimakasih’ adalah kata yang ajaib yang memiliki makna yang dalam. Membiasakan anak sedari dini mengucapkannya akan membuatnya tumbuh menjadi anak yang mampu memahami orang lain. Apalagi jika ditambah dengan kemampuannya mendengarkan. Tentu ia akan menjadi pribadi yang ramah, hangat dan dihornati orang lain.
Membiasakan kata ‘tolong’, ‘maaf’ dan ‘terimakasih’ adalah kata yang ajaib yang memiliki makna yang dalam. Membiasakan anak sedari dini mengucapkannya akan membuatnya tumbuh menjadi anak yang mampu memahami orang lain. Apalagi jika ditambah dengan kemampuannya mendengarkan. Tentu ia akan menjadi pribadi yang ramah, hangat dan dihornati orang lain.
7. Keteladanan
Ayah dan Bunda…sebuah pepatah mengatakan Like Son Like Father. Orangtua adalah cermin bagi anak-anaknya. Ayah..tentu pernah punya pengalaman yang mengesankan dan terkadang lucu, karena tingkah si kecil yang tidak disadari telah menirukan perilaku ayah, seperti : gaya rambut, cara berjalan bahkan kebiasaan sehari-hari seperti gosok gigi sebelum tidur.Ini menunjukkan bahwa anak adalah saksi hidup terhadap tingkah laku orangtuanya. Jadi, jangan ragu lagi, mantapkan diri untuk menjadi contoh baik buat anak-anak.
Ayah dan Bunda…sebuah pepatah mengatakan Like Son Like Father. Orangtua adalah cermin bagi anak-anaknya. Ayah..tentu pernah punya pengalaman yang mengesankan dan terkadang lucu, karena tingkah si kecil yang tidak disadari telah menirukan perilaku ayah, seperti : gaya rambut, cara berjalan bahkan kebiasaan sehari-hari seperti gosok gigi sebelum tidur.Ini menunjukkan bahwa anak adalah saksi hidup terhadap tingkah laku orangtuanya. Jadi, jangan ragu lagi, mantapkan diri untuk menjadi contoh baik buat anak-anak.
Ayah dan bunda…semoga tips tadi bisa mengingatkan kita kembali untuk
berusaha semaksimal mungkin dalam mendidik buah hati tercinta menjadi
anak yang memiliki akhlak mulia,. Anak-anak yang menyejukkan hati dengan
ahlak yang memiliki rasa empati. Wallahu ‘alam(diolah dari berbagai
sumber)
Tidak ada komentar: